Minggu, 31 Januari 2016

Iqra!

"Bacalah, meskipun dalam gelap Nak, bacalah..."
"Yang membuat gelap sesungguhnya adalah ketidaktahuanmu, bukan redupnya cahaya lampu" 
"Rasa penasaran itu yang mampu jadi lentera dalam gua pikirmu" 

Sabtu, 30 Januari 2016

Kisah dari Koantas Bima

Mungkin bagi beberapa orang, mereka akan lebih memilih naik kendaraan pribadi dibandingkan naik transportasi umum. Bagaimana tidak? Kendaraan pribadi memang dianggap lebih nyaman, tidak perlu berdesakan dengan yang lain, tidak pengap, tidak perlu juga menghabiskan waktu yang lama karena ngetem. Tapi bagi saya, ada suatu kesenangan tersendiri dengan menaiki kendaraan umum. Seperti malam ini contohnya, entah suatu kebetulan atau apa saya baru saja menulis sebuah artikel online di kantor mengenai Lisa Kelly, seorang wanita dari Amerika yang berwajah cantik bak supermodel tapi lebih memilih untuk menjadi supir truk. 
Selepas saya turun di Halte Transjakarta Pondok Indah 1 saya menaiki Koantas Bima 509 jurusan Kp Rambutan-Lebak Bulus, betapa kagetnya saya ketika mendapati seorang ibu-ibu yang ternyata adalah supir Koantas Bima tersebut. Lantas saya pun kepo, hehe. Nama Ibu itu Lia, ketika saya tanya berapa usianya ibu itu menjawab "sekitar 30-an lah", luar biasa. Jujur saja saya baru menemukan supir bis kota yang "notabene-nya" terkenal grasak grusuk ini nyatanya seorang wanita, ibu-ibu tepatnya. Ia tetap menyetir dengan santai sambil menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. "Ibu sudah berapa lama nyupir bus ini?" "Lumayan, sekitar 10 tahun" tutur ibu satu anak ini. Wow! Terbayang sudah jika Ibu tadi bilang usianya sekitar 30-an maka ia sudah "membawa" bis ini pada usia 20-an. Sungguh, saya pun usia 22 tahun masih takut mengendarai motor ke jalan raya, hehe. Ibu Lia mengaku sudah belajar mengendarai bis sejak tahun 1998. Cerita di balik kerasnya jalanan Jakarta ini sungguh menggembirakan buat saya. Seberapapun kamu mengutuki Jakarta, ia selalu punya kisah eksotis di antara kesemrawutan, kemiskinan, kegaduhan, kegemerlapan dan apapun yang berkawan dengan Jakarta. Jika saja kita bisa lebih peka dalam mengamati sekitar dan bersabar, sebenarnya banyak hal menarik yang bisa dijadikan kisah.
(15 Januari 2016)

Sabtu, 12 Oktober 2013

Manusia Rindu

Manusia yang sedari dulu hanya mengenal kata maaf, tidak pernah sesekali berfikir kapan ia tidak berbuat salah. Manusia yang dari awal bukan pembangkang, berani membangkang Tuhan.

"Kucing menari, berlari mengejar sari rindu yang diambil oleh tikus, tikus berlari, menghindar kucing yang diambil sari rindunya. Oh tidak! Aku adalah kucing itu, tikus itu, dan juga sari rindu, sekaligus"
Ternyata dunia tidak hanya bulat. Tapi dunia juga kucing, tikus, rindu, kupu-kupu, kunang-kunang, kasih, sedih. Sudah...

Batoe Api, 11 Oktober 2013


Azmil R. Noel Hakim